Sunday 26 December 2010

Sekilas Info Tentang Swa Medikasi/Self Medication

Kalau kita sebagai masyarakat biasa dan masih awam, terkadang upaya pengobatan diri kita sering kita serahkan langsung ke praktisi kesehatan terkait, seperti dokter. Dimana dokter akan menganalisa dan memberikan rekomendasi obat yg harus di minum untuk menunjang terapinya. Namun, tidakkah kita membayangkan, berpakah biaya yg akan kita keluarkan, dgn asumsi hitungan : 1. Biaya konsultasi dokter 2. Biaya obat itu sendiri (Pasien rawat jalan).

Konsep sehat semacam ini, sudah banyak ditinggalkan atau sdh berkurang frekuensinya. Konsep terbaru adalah swamedikasi atau Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS). Hal ini memberikan banyak keuntungan, diantaranya : Secara jelas dan meyakinkan, bahwa terapi sendiri akan mengurangi biaya konsultasi kita ke dokter

Swamedikasi dapat didefinisikan sbg pengobatan mandiri tanpa melalui dokter ketika sedang sakit oleh masyarakat/awam. Biasanya swamedikasi dilakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan ringan mulai dari batuk pilek, demam, sakit kepala, sakit maag, gatal – gatal sampai iritasi ringan pada mata.  

Sedangkan ada juga konsep modern swamedikasi yg diartikan sbg upaya pencegahan terhadap penyakit, dengan mengkonsumsi vitamin dan suplemen makanan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Berkembangnya swamedikasi dilatar belakangi oleh harga obat yang tinggi ditambah dengan biaya pelayanan kesehatan yang makin mahal.

Selain itu, sebagian masyarakat sudah mulai memiliki paradigma baru dalam dunia pengobatan, dengan beralih dari kuratif rehabilitatif (pengobatan) ke arah preventif promotif (pencegahan).
Adapun tips untuk melakukan kegiatan Swamedikasi terhadap diri sendiri maupun orang-orang sakit disekitar kita, diantaranya :

a. Kita sbg pasien harus dapat membaca dan mencermati secara teliti informasi yang tertera pada kemasan atau brosur yang disiapkan di dalam kemasan seperti komposisis zat aktif, indikasi, kontra indikasi, efek samping, interaksi obat, dosis dan cara penggunaan.

b. Memilih obat dengan kandungan zat aktif sesuai keperluan, misalnya jika gejala penyakitnya adalah pusing.
c. Penggunaan obat swamedikasi hanya untuk penggunaan jangka pendek saja (seminggu), karena jika gejala menetap atau bahkan makin memburuk maka pasien harus segera ke dokter.

d. Perhatikan aturan pemakaian obat, seperti cara penggunaan, dosis, frekuensi pemakaian, obat digunakan sebelum atau sesudah makan dan sebagainya.

e. Penting juga untuk memperhatikan masalah kontraindikasi dan atau makanan minuman atau obat lain yang harus dihindari ketika mengkonsumsi obat tersebut, bagaimana penyimpanannya.

 
Untuk lebih mengarahkan ketepatan pemilihan obat pada saat melakukan pelayanan swamedikasi, Anda berhak mendapat beberapa informasi, dlm bentuk pertanyaan oleh petugas atau tenaga kefarmasian di Apotek seperti Asisten Apoteker, maupun Apoteker, dengan arahan pertanyaan yg mendukung terapi Swamedikasi Anda. Beberapa pertanyaannya adalah :

a. W : who (untuk siapa obat tersebut). Petugas apotek dapat dan berhak menanyakan, untuk siapa obat ini dikonsumsikan nantinya. Tenaga di apotek, akan membantu Anda dalam memonitor efek dari penggunaan obat dgn parameter siapa yg menggunakannya, apakah bayi, balita, anak-anak, dewasa ataukah ibu hamil dan menyusui misalnya.

b. W : what symptoms (gejala apa yang dirasakan). Gejala ini juga penting untuk ditanyakan oleh petugas apotek, karena gejala ini masih dapat diterapi dan disembuhkan, ataukah penyakit sdh menjangkit lebih jauh thd pasien tadi.

c. H : how long (sudah berapa lama gejala tersebut berlangsung). Faktor lamanya waktu gejala menentukkan, apakah konsep swamedikasi dpt dijalankan atau tidak. Bila memang sdh kronis serta akut, proses yg dapat ditempuh adalah memeriksakan penyakit ini ke tenaga medis, yg mendiagnosa, samapai mana tingkat progresifitas penyakit yg diderita pasien tsb.

d. A : action (tindakan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut). Jika beberapa hal diatas sdh dianalisa, maka petugas di apotek akan merekomendasikan terapi swamedikasi Anda.

e. M : medicine (obat-obat apa saja yang sedang digunakan oleh pasien). Tidak kalah pentingnya, dgn menanyakan obat apa saja yg sdh Anda gunakan, petugas di apotek akan membandingkan, apakah ada efek alergi jika diberikan dgn sediaan baru, tingkat resistensi diri obat thd penyakit yg Anda derita dan efek samping lain yg mungkin terjadi.


Namun, ada beberapa hal yang harus dicermati oleh praktisi swa medikasi :

  1. Tidak mengenali keseriusan gangguan. Keseriusan keluhan-keluhan dapat dinilai secara salah atau mungkin tidak dikenali, sehingga pengobatan sendiri bisa dilakukan terlalu lama. Keluhan-keluhan itu dapat semakin parah, sehingga  dokter  perlu menggunakan obat-obat yang keras atau bahkan karena tidak ditanggapi secara serius, dapat datang terlambat pada dokter.
  2. Penggunaan kurang tepat, resiko lain adalah bahwa obat bisa digunakan secara salah, terlalu lama atau dalam takaran yang terlalu besar. Contoh2 terkenal adalah tetes2 hidung dan obat sembelit (laksansia), yang bila digunakan terlampau/lama, malah dapat memperburuk keluhan. Begitupula dengan obat-obat alamiah, yang mencakup ramuan jamu dan tumbuhan yang dikeringkan, seringkali dianggap lebih baik dan lebih aman. Ini adalah suatu kesalahpahaman, karena juga jamu kadangkala dapat mengandung zat aktif dengan khasiat keras yang dapat menimbulkan efek samping berbahaya.

Guna mengatasi resiko tersebut, maka perlu sekali untuk dapat mengenali gangguan - gangguan. Selain itu bacalah aturan pakai atau peringatan yang selalu diikutsertakan secara seksama dan ditaati dengan baik.


(sumber : http://farmasiku.com/index.php?target=pages&page_id=Bagaimana_Menggunakan_Obat)

 
Mengenai bahaya dan peringatan tentang swa medikasi bisa dibaca lebih detail di : http://www.boloji.com/health/articles/01029.htm



Sir William Osler (1849-1919)  "Salah satu tugas pertama dokter adalah untuk mendidik massa kapan tidak minum obat"

No comments:

Post a Comment